Nov 29, 2010

Jujur + Dosa = Impas

Ini adalah sebuah percakapan yang kebetulan saya dengar saat sedang patroli, dalam rangka menghasut orang-orang jahat untuk berbuat baik.

Begini ceritanya, saat saya sedang melewati sebuah universitas yang kebetulan sedang ujian, saya mendapat sebuah ide, bagaimana kalau saya menghilangkan niat mencontek pada semua mahasiswa yang sedang ujian. Jadi, saya membuat sebuah analisis sederhana ditinjau dari sisi baik dan sisi buruknya.



Sisi Baiknya adalah setidaknya dosa-dosa mereka yang sudah menggunung tidak akan bertambah, sedangkan sisi buruknya adalah ipk mereka yang sudah menjurang akan semakin terjal, bahkan mahasiswa yang sudah mengulang untuk ke sembilan kalinya mungkin harus mengulang satu kali lagi, yang berarti menghabiskan uang orang tua mereka dan enam bulan lagi di universitas ini. Atas dasar analisis itu, saya membatalkan niat tersebut. Bayangkan berapa banyak penderitaan yang harus saya tanggung kalau disumpah serapah oleh kira-kira 5876 mahasiswa ditambah dengan kutukan-kutukan orang tua mereka. Belum lagi, dosa mereka yang akan semakin tinggi dengan diucapkannya setiap umpatan, yang entah kenapa selalu berhubungan dengan selangkangan, seolah tidak ada kosa kata lain lagi di otak mereka. Mungkin ini, alasan mengapa Aisenodni semakin padat, terpuruk, dan terbelakang. Kasihan sekali nasib Si Selangkangan yang terserang penyakit bersin-tanpa-henti-setiap-hari karena dibicarakan terus menerus. Daripada kita menambah parah penyakit bersin-tanpa-henti-setiap-hari Si Selangakangan lebih baik saya meneruskan cerita ini.

Setelah mempertimbangkan prospek rencana A, yang berakhir dengan kerugian dipihak saya, maka saatnya melaksanakan rencana B. Detail dari rencana B adalah menikmati indahnya pemandangan matahari terbenam di Hawaii ditemani sebotol Civas, sebatang rokok dan sebuah teropong lengkap dengan fungsi 12 kali optical zoom. Sayangnya rencana B memiliki 3 kelemahan. Satu, saya sedang tidak membawa baju renang. Dua, saya tidak boleh merokok, karena baru saja sembuh dari Kanker Papa-Ruru, maaf maksud saya, Paru-Paru. Tiga, sekarang jam 3 sore, dan meskipun memiliki ilmu astronomi, ekonomi, taksonomi, dan ilmu mi mi yang lain saya tidak dapat menemukan matahari yang terbenam pada jam 3 sore.

Ketika, sedang memikirkan rencana C tiba-tiba samendengsebupercaneh. Maaf. Lidah saya terpleset dan rem otak saya putus. Maksud saya adalah saya mendengar sebuah percakapan aneh di salah satu ruang ujian. Saat Si Pengawas Ujian sedang membagikan soal ujian, ia berkata, "Isinya langsung dilembar soal."

"Soal ujiannya jangan dipake buat kipas-kipas ya. Nanti gak selesai-selesai ujiannya", tambahnya saat melihat banyak mahasiswa yang mengipas-kipaskan soal ujian karena AC diruangan tersebut mati dan jam tangan saya menunjukkan suhu ruangan berada pada 38 derajat celcius.

Tiba-tiba Salah seorang mahasiswa berkata, "Panas, bu. Sekalian nunggu jawaban."

Sebagai seorang malaikat yang kebetulan lewat dan baik hati saya berpikir untuk memberikan satu pahala pada anak itu. Karena telah dengan jujur dan tulus mengakui rencananya untuk mencontek.

Demikianlah laporan ini saya sampaikan dengan kejujuran dan kepolosan seorang malaikat. Sebagai tambahan hingga berita ini diturunkan saya belum berhasil mendapatkan detail dari rencana C.

No comments:

Post a Comment