Pencuri Logika
Sekumpulan Tulisan Tanpa Logika
Aug 3, 2020
Bagaimana caranya punya mimpi? Aku iri pada kalianyang bisa bahagia dengan hal-hal sederhana. Aku iri pada kalian yang berjuang begitu keras untuk mendapatkan mimpi kalian. Aku juga ingin punya mimpi. Aku juga ingin punya... Bagaimana cara kalian mendapatkan energi untuk terus maju dan tidak pernah menyerah untuk mengejar mimpi itu? Harapan, kah? Pada apa? Manusia? Dunia? Tuhan? Atau, kalian hanya menjalani hari tanpa pernah memikirkan ini semua? Aku iri. Sungguh.
Aku ingin menyerah. Aku ingin berhenti untuk bangun dan terus hidup dalam mimpi-mimpiku yang tidak pernah masuk akal. Aku ingin... Tapi, aku tidak bisa. Kalian tahu apa yang paling tidak masuk akal, setiap kali aku merasa punya tujuan untuk hidup lebih lama, aku memasukkan sebagian uangku ke obligasi negara, agar aku terpaksa hidup sampai obligasi itu cair. Beberapa tahun yang lalu, masa hidupku berakhir tahun ini. Hidupku bergantung pada masa asuransi yang berakhir tahun ini. Lalu, tahun lalu, aku merasa punya sedikit harapan untuk hidup. Aku ingin keluar. Aku berhenti jaga lilin. Aku memasukkan sebagian uang yang kupunya ke obligasi untuk mengurangi beban hidupku. Tapi, belum setahun, aku sudah tidak tahu kemana semangat dan energi yang kupunya waktu itu. Dua tahun lagi, semua obligasi yang kupunya akan cair, apa aku akan hidup selama itu? Oh, hanya waktu dan Tuhan yang bisa menjawab itu.
Tuhan... Entitas yang menciptakan kita dan semua ini, apakah dia benar-benar ada? Apa yang ada dibenaknya ketika menciptakan semua ini? Apa tujuannya menciptakan dunia yang begitu tidak adil ini? Benarkah hanya karena manusia pertama dan kedua memakan sebuah buah karena hasutan seekor ular, lalu seluruh keturunan mereka yang menerima akibatnya? Kenapa tidak ciptakan saja dunia yang baru? Mungkin, Tuhan memang menciptakan dunia yang baru dan meninggalkan keturunan Adam dan Hawa untuk tetap hidup di dunia yang tidak adil ini. Mungkin juga, bukan begitu kisahnya. Mungkin, semua itu cuma khayalan dari manusia-manusia jaman itu. Betapa banyaknya kemungkinan yang tidak akan pernah terjawab selama masih hidup. Aku bahkan ragu apakah kematian benar-benar akan memberikan jawaban atas semua itu. Kematian mungkin hanya akan jadi akhir dari detak jantung pemiliknya tanpa pernah memberikan jawaban. Akhir dari semuanya tanpa ada awalan yang baru
Terima kasih sudah membaca semua ini. Sampai jumpa lagi di lain waktu.
Mar 18, 2017
Dec 11, 2016
Review #JuruBicaraJKT @pandji
Saya nonton ini di kursi platinum. Harus banget dibuka dengan kalimat ini. :))
Ini kali kedua, saya nonton live stand up Pandji, yang pertama Mesake Bangsaku (di kursi platinum juga #penting). In my opinion, this one is less funny. Entah, mungkin karena yang pertama selalu lebih berkesan? Mungkin, karena materi yang ini lebih sulit dilucukan. Mungkin juga, saya salah ingat. Tapi, yang ini jelas lebih berbobot, the message is loud and clear.
Pandji menyajikan materinya sebagai bentuk kritik dan protes--eh, semua stand up juga gitu kayaknya, ya. Hahaha, maafkan kosakata saya yang terbatas--terhadap pemerintah, lembaga sensor, media, bahkan pada masyarakat Indonesia. Dia membawakan materi-materi yang selama ini dianggap tabu dan dibiarkan membusuk di sudut ruangan dengan, ehm, apik dan berani? Iya, berani. Karena saya yakin kalau show ini dibawakan oleh Pak Basuki Tjahaja Purnama pasti terjadi Civil War. Pasti. Pak Basuki mungkin sudah pesan baju Iron Man jauh-jauh hari sebelum show dan tahun 2017 bisa dipastikan akan lebih rusuh daripada tahun ini. Tapi, karena yang membawakannya adalah (ini saya kutip kata-kata Pandji-nya sendiri loh, ya) "bukan artis pendongkrak rating". Jadi, kita masih bisa berharap ada lebih banyak keceriaan dan jomblo-jomblo yang jadian di 2017. Tapi, katanya bakal tayang di KompasTV, saya jadi agak cemas dengan keamanan negara tahun depan. Tapi, saya juga curiga bakal banyak bagian yang disensor terutama adegan ketika baju Pandji terangkat dan perutnya terlihat (pasti diblur nih). #eh Jadi, mungkin masih ada harapan di 2017--bagi kalian yang jomblo. #woi
O iya. Tidak hanya sekedar kritik dan protes ada banyak ilmu yang disampaikan (disampaikan ya, bukan diambil karena tidak semua ilmunya boleh dibawa pulang, tentang cara membuka situs yang diblok misalnya atau tentang cara membesarkan--ah sudahlah--pokoknya gitu banyak pengetahuan barunya) juga. Yang paling saya ingat adalah aplikasi DwidayaTour ada fitur buat bikin pasport dan visa--eh, bukan. Maksudnya, bit-bitnya tentang produk Indonesia dan tahapan dalam berkarya, tentang orang-orang Indonesia yang mendunia tapi cuma sebagai pekerja. Sebenarnya, saya ingat hampir semua bitnya sih (ya, iyalah baru nonton tadi malam) tapi kalau ditulis semua nanti malah jadi kayak daftar isi.
He did a very good job as a "Juru Bicara". Sepulang dari shownya, saya tidak pulang dengan keadaan bahagia setelah tertawa lepas tapi... Gimana jelasinnya, ya? Kayak habis diajak jalan-jalan ke kota yang canggih dan indah lalu pulang ke kota yang amburadul. Bahagianya lenyap, tapi kesannya berbekas. Saya tidak tahu bakal berapa lama bekasnya, tapi mungkin untuk waktu yang cukup lama.
Satu hal yang paling menggangu dari shownya adalah... Ehm, ini kan yang nonton followersnya Pandji yang diklaim sendiri oleh Pandji lebih dewasa dan kebanyakan malah orang tua dari followernya Raditya Dika, tapi tetap aja saya masih melihat banyak botol bekas minuman dan kolega-kolega si botol berserakan di lantai waktu bubaran. (Tolong jangan bully saya, perasaan dan hati saya masih berserakan setelah menonton shownya Pandji.)
Tapi, terlepas dari itu, ini pertunjukan yang luar biasa. Ketawanya pas dengan harga tiket Platinum, saya berharap lebih sebenarnya. Tapi, gak masalah karena ada pengalaman, pengetahuan, dan ilmu yang harganya lebih dari itu. Jadi, masih untunglah.
Terima kasih dan sampai jumpa lagi (di platinum lagi dong XD).
Short Story of #JuruBicaraJKT
be a part of history |
And the rest is history.
THE END xP |
Nov 7, 2016
Kadang Kadang
#semogapostinibisadapatpenghargaanrekormurisebagaipostterpendek #krik
Apr 1, 2016
Bukan Untuk Anak Di Bawah Umur
Beberapa hari ini banyak berita tentang ketua PSSI yang kabur ke luar negeri dan kabarnya kaburnya ke Singapura. Pertanyaannya nih, kenapa kaburnya ke Singapura?
Nih, sebagai Malaikat yang baik, saya kasih tahu kalau kabur dari kejaran polisi terutama jika dilakukan untuk waktu yang lama, Singapura itu pilihan yang buruk. Kalau kalian pernah belajar ekonomi dan soal investasi ada pepatah yang bilang "Earn in Dollars and spent in Rupees" yang artinya cari pekerjaan itu yang digajinya dengan mata uang yang besar dan dihabiskan di negara yang biaya hidupnya rendah. Biar gaji kita enggak habis untuk biaya hidup dan bisa ditabung gitu deh.
Berpegang teguh pada pepatah itu, saya sarankan ketua PSSI saat ini lebih baik kabur ke tempat yang biaya hidupnya lebih rendah daripada Indonesia. Karena biaya hidup di Indonesia ini udah lumayan murah agak sulit menemukan negara yang biaya hidupnya lebih murah lagi. Menurut data di sini (per hari ini 1 april 2016, kalau suatu saat kalian baca tulisan ini di masa depan atau masa lalu dan datanya berbeda ya jangan salahkan saya), Indonesia itu biaya hidupnya nomor 98 dari 122. Jadi, kalau ketua PSSI mau kabur ada baiknya ke negara dari nomor 99 sampai 122 bukan ke Singapura yang menurut data yang sama ada di peringkat ke 7. Bunuh diri itu namanya, udahlah dia sedang status DPO, kabur ke negara yang biaya hidupnya peringkat 7 paling mahal di dunia padahal gajinya cuma gaji negara yang biaya hidupnya peringkat ke 98 di dunia, bagimana mau bertahan lama? Belum lagi kalau di Singapura, mau apa-apa harus menunjukkan passport, bisa-bisa baru beberapa hari sudah tertangkap, agak kurang leluasa rasanya kalau kabur ke sana. Bahkan jika dia masih digaji sekalipun pasti gajinya akan sulit menutupi biaya hidupnya di sana.
Saran saya lebih baik kabur ke India alasan pertama karena biaya hidupnya adalah yang paling rendah menurut data tadi. Saya belum pernah ke India sih, tapi menurut data di sini jumlah penduduk di India sekitar 1,322,908,307 orang ketika saya mampir ke sana beberapa detik yang lalu, kalau saat kalian lihat sudah berubah ya memang begitu adanya selalu ada satu orang anak yang lahir setiap tiga detiknya. Awalnya saya juga agak bingung itu jumlah populasi India atau jumlah senyumanmu ketika mampir di blog ini, tapi jumlah itu terlalu banyak jadi ya itu jumlah penduduk India. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, bayangkan kalau ketua PSSI bersembunyi di India, betapa sulitnya mencari dia ke sana? Ada 1,3 milliar orang dan terus bertambah setiap detiknya. Pekerjaan polisi pasti akan sangat berat sekali bagaikan mencari jerami ketua PSSI di dalam tumpukan jerami penduduk India.
Itu kita tinjau dari sisi ketua PSSI, kalau kita tinjau dari sisi negaranya. Singapura itu negara kaya, kepergian ketua PSSI ke sana untuk menghabiskan uangnya sungguh perbuatan yang kurang mulia, akan lebih mulia jika uangnya dihabiskan di India yang masih merupakan negara berkembang. Jadi, ketika dia sedang menimbun dosa kabur dari kejaran polisi sekalian beramal membantu penduduk India supaya hukumannya di neraka nanti tidak terlalu berat, mudah-mudahan pahalanya bisa melampaui dosanya sehingga dia tidak harus masuk neraka.
Sekian saran dari saya, semoga ketua PSSI membacanya dan segera pindah ke India sebelum uangnya habis lebih banyak di Singapura tanpa mendapatkan pahala apa-apa.
Mar 15, 2016
Tulisan Pendek
Jadi, gini. Hari ini hari yang indah seperti biasa dimulai dengan pagi yang cerah dan siang yang panas lalu sore yang hujan. Tidak ada yang spesial kecuali sebuah percakapan sederhana yang terdengar oleh saya.
Y: (Entah dia bilang apa saya tidak terlalu memperhatikan percakapan mereka pada awalnya.)
X: Sasuga. Kamu luar biasa Y.
Lalu, tiba-tiba kayak jelangkung datang tidak diundang pulang tidak diantar muncul Z.
Z: Sasuga apaan sih? Nama makanan Jepang?
Pertanyaan Z ini membuat saya melayang ke dua juta lima ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus dua puluh tahun sebelas bulan yang lalu. Ingatan saya yang memang sering gagal mengingat sesuatu karena terlalu banyak menyerap informasi tidak penting tiba-tiba bekerja dengan baik. Dan, bukan, saya bukan mencari informasi tentang arti kata sasuga, ingatan saya mencari puluhan ribu kejadian yang sama, dimana kata- kata yang tidak di mengerti oleh seseorang selalu diidentikkan dengan makanan. Kenapa sih kalian kalau tidak mengerti arti dari sebuah kata, kata itu langsung diartikan sebagai makanan? Bayangkan kalau arti kata itu sesuatu yang merusak selera makan seperti pup. Sebentar, kalian tahu pup, kan? Jangan bilang enggak tahu terus kalian tanya "Pup itu apa? Nama masakan Itali?" Karena kalau begitu saya akan dengan senang hati menjawab...
"IYA, PUP MASAKAN ITALI! NOH DI WC YANG GULUNGAN KUNING-KUNING YANG TIAP PAGI KALIAN SETORIN. MAKAN TUH MASAKAN ITALI!"
Haah. Sabar, sabar.
Jadi, gini sekedar saran aja supaya kalian tidak makan pup suatu hari nanti, tolong semua kata-kata yang tidak kalian ketahui artinya jangan diasosiasikan sebagai makanan.
Terima kasih.