Aug 3, 2020

Aku merasa kepalaku semakin tidak berisi. Aku mulai kehilangan hal-hal yang kusukai, di titik ini, hal yang ingin kulakukan cuma tidur, membaca komik, menonton film, atau bermain game. Pun, semua itu entah bagaimana tidak membuatku merasa senang. Aku merasa hampa. Padahal aku sudah tidak menjaga lilin, aku punya waktu luang sebanyak yang kumau untuk mengasah kemampuanku agar ketika semua ini berakhir, aku bisa memiliki penghasilan dari kerja kerasku sendiri. Aku tidak berencana untuk menjadi orang kaya. Oh, mimpi itu sudah lama hilang. Entah sejak kapan, aku sadar bahwa hidupku hanya akan berakhir biasa-biasa saja. Tidak ada yang bisa kubanggakan. Tapi, percuma, terkurung di dalam kamar dan tidak punya tempat untuk bercerita membuatku semakin tidak punya tujuan hidup.

Bagaimana caranya punya mimpi? Aku iri pada kalianyang bisa bahagia dengan hal-hal sederhana. Aku iri pada kalian yang berjuang begitu keras untuk mendapatkan mimpi kalian. Aku juga ingin punya mimpi. Aku juga ingin punya... Bagaimana cara kalian mendapatkan energi untuk terus maju dan tidak pernah menyerah untuk mengejar mimpi itu? Harapan, kah? Pada apa? Manusia? Dunia? Tuhan? Atau, kalian hanya menjalani hari tanpa pernah memikirkan ini semua? Aku iri. Sungguh.

Aku ingin menyerah. Aku ingin berhenti untuk bangun dan terus hidup dalam mimpi-mimpiku yang tidak pernah masuk akal. Aku ingin... Tapi, aku tidak bisa. Kalian tahu apa yang paling tidak masuk akal, setiap kali aku merasa punya tujuan untuk hidup lebih lama, aku memasukkan sebagian uangku ke obligasi negara, agar aku terpaksa hidup sampai obligasi itu cair. Beberapa tahun yang lalu, masa hidupku berakhir tahun ini. Hidupku bergantung pada masa asuransi yang berakhir tahun ini. Lalu, tahun lalu, aku merasa punya sedikit harapan untuk hidup. Aku ingin keluar. Aku berhenti jaga lilin. Aku memasukkan sebagian uang yang kupunya ke obligasi untuk mengurangi beban hidupku. Tapi, belum setahun, aku sudah tidak tahu kemana semangat dan energi yang kupunya waktu itu. Dua tahun lagi, semua obligasi yang kupunya akan cair, apa aku akan hidup selama itu? Oh, hanya waktu dan Tuhan yang bisa menjawab itu.

Tuhan... Entitas yang menciptakan kita dan semua ini, apakah dia benar-benar ada? Apa yang ada dibenaknya ketika menciptakan semua ini? Apa tujuannya menciptakan dunia yang begitu tidak adil ini? Benarkah hanya karena manusia pertama dan kedua memakan sebuah buah karena hasutan seekor ular, lalu seluruh keturunan mereka yang menerima akibatnya? Kenapa tidak ciptakan saja dunia yang baru? Mungkin, Tuhan memang menciptakan dunia yang baru dan meninggalkan keturunan Adam dan Hawa untuk tetap hidup di dunia yang tidak adil ini. Mungkin juga, bukan begitu kisahnya. Mungkin, semua itu cuma khayalan dari manusia-manusia jaman itu. Betapa banyaknya kemungkinan yang tidak akan pernah terjawab selama masih hidup. Aku bahkan ragu apakah kematian benar-benar akan memberikan jawaban atas semua itu. Kematian mungkin hanya akan jadi akhir dari detak jantung pemiliknya tanpa pernah memberikan jawaban. Akhir dari semuanya tanpa ada awalan yang baru

Terima kasih sudah membaca semua ini. Sampai jumpa lagi di lain waktu.