Feb 1, 2011

Cinderella

Hari ini sewaktu sedang makan pagi pada siang hari di sebuah tempat makan. Saya teringat akan janji saya untuk menceritakan kisah Cinderella. Maka, disinilah saya sekarang, menulis cerita Cinderella.

Oh, iya. Sewaktu di tempat makan, teman saya memberikan sebuah inspirasi untuk minum enak dan hemat. Begini, pesan saja enam gelas es teh tawar dan satu gelas es teh manis. Lalu, saat minumannya sudah datang, cicipilah es teh manis tersebut sambil memindahkan sendok es teh manis ke gelas es teh tawar. Lalu, panggil pelayannya dan katakan "Kurang manis nih, mbak/mas. Tolong tambahin gula dong.", sambil menyerahkan gelas es teh tawar bersendok ke pelayan tersebut. Lakukan kegiatan itu secukupnya tanpa ketahuan dan anda akan mendapatkan es teh manis seharga es teh tawar. Selamat Mencoba, Semoga anda beruntung. :)

Ok, itu hanya intermezzo. Sekarang kita mulai cerita Cinderella.



Alkisah, pada jaman dahulu kala, di sebuah Kerajaan Antah Brantah, hiduplah seorang gadis cantik nan jelita, sebut saja namanya Bunga. Ibunya sudah meninggal sejak ia masih kecil dan ayahnya menikah dengan seorang janda beranak dua. Ibu tirinya sangat jahat, kejam dan tidak berperasaan. Setiap hari Bunga disuruh memasak, menyapu, mencuci dan hanya diijinkan makan sehari tiga kali. Namun, hal itu terjadi saat ayahnya masih hidup, sekarang saat ayahnya baru saja meninggal. Ibu tirinya semakin jahat, Bunga tidak hanya disuruh memasak, menyapu dan mencuci, tapi juga mengepel, merapikan taman, mengambil air di sumur, dan dan… dan sebut saja semua pekerjaan yang kau tahu, ia melakukan itu setiap hari dan yang paling parah adalah jatah makannya berkurang dari tiga kali sehari menjadi satu kali sehari. Seolah belum puas dengan semua itu, ibu tirinya bahkan hanya memberikan Bunga makanan basi, kadang-kadang jika beruntung Bunga akan mendapatkan makanan sisa.

Sikap ibu tirinya terhadap kedua saudari tirinya sangat berlawanan, mereka mendapatkan makanan yang layak, setiap hari bersenang-senang, dan tempat tidur yang layak. Oh, ya bicara soal tempat tidur, Bunga hanya mendapatkan gudang sebagai kamarnya. Kedua saudari tirinya tidak perlu mengerjakan pekerjaan apapun, semua pekerjaan akan diserahkan kepada Bunga. Setiap hari mereka hanya berdandan, berbelanja pakaian baru, makan, mandi, tidur dan sesekali berolah raga jika ada pria tampan yang kebetulan lari pagi melewati rumah mereka dan JIKA mereka sudah BANGUN. Tidak heran kalau berat badan si Kakak mencapai 200 kilogram. Dan untuk si Adik, seharusnya ia juga memiliki berat badan yang sama dengan si Kakak, tapi mengingat ia selalu melakukan diet ketat dengan memberikan makanannya kepada si Kakak dua kali sehari atau, dengan kata lain, ia hanya bisa mempertahankan makanannya satu kali sehari dari tiga usaha perebutan makanan yang dilakukan kakaknya. Jadi berat badan si Adik hanya 50 kilogram kurang satu ons. Ok, lupakan satu ons itu. Berat badannya 50 kilogram.

Nah, kembali ke cerita Cinderella, Bunga maksud saya. Eh, ini seharusnya cerita tentang Cinderella, ya? Hmm, ok saya punya ide.

Sebulan setelah kematian ayahnya, kedua saudari tirinya yang bodoh dan tidak terpelajar, melakukan sebuah perbaikan terhadap otak mereka dengan menambah sebuah kosa kata baru dalam bahasa Inggris, yaitu Cinder, yang berarti Abu. Dengan keterbatasan otak mereka dan sebuah niat jahat. Mereka mengganti nama Bunga menjadi Cinderella. Maksud mereka sebenarnya buruk, tapi sepertinya nama Bunga menjadi lebih bagus. Hmm. Terkadang perlu lebih dari sekedar niat jahat dan sebuah kosa kata untuk mengganti nama seseorang menjadi lebih buruk. Sejak saat itu, nama Bunga berubah menjadi Cinderella dan sejak saat ini cerita ini menjadi cerita Cinderella.

Bunga, ups, Cinderella mempunyai sebuah kebiasaan untuk menghabiskan waktu luang, seandainya ada, di Gudang. Berbicara dengan kucing, meskipun itu pembicaran satu arah. Dari Cinderella kepada Kucing. Ehmm. Mungkin bisa juga dua arah, tapi begini. Maksud saya, Si Kucing hanya akan membalas semua perkataan Cinderella dengan “Miaow” dan meskipun kata “Miaow” itu dapat arti “Semangat! Kedua saudari tirimu itu hanya iri padamu karena kau lebih cantik dari mereka.” atau “Tabahkan dirimu, nak. Tuhan tidak akan menberikan cobaan yang tidak bisa dihadapi oleh umat-Nya.” tapi tetap saja itu pembicaraan satu arah. Iya itu bisa juga disebut dua arah karena si Kucing menjawab perkataan Cinderella, tapi.. ... Baiklah, anggap saja dua arah, sesuai keinginan anda.

Pada suatu hari, datang seorang pengawal istana yang bertugas membagikan undangan pesta untuk mencari istri bagi Pangeran. Kedua saudari tirinya begitu senang.

"Asik, kita akan menjadi istri pangeran." kata si Kakak.
"Ibu pasti akan bangga dengan kita." jawab si Adik.
"Dan si Pangeran pasti buta kalau memilih kalian." jawabku. Ok, lupakan bagian ini. Waktu itu saya sedang tidak ada disana karena ehmm, yah, terkurung disalah satu kamar mandi di.. Jangan tertawa. Ini serius. Kalian juga akan terkurung kalau masuk ke kamar mandi yang pintunya didorong dari luar dan diangkat dari dalam. Ok, saya tahu, saya seorang malaikat dan alchemist, tapi begini, siapa yang akan berpikir kalau pintu itu harus diangkat dari dalam sedangkan cara masuknya didorong? Yah, tertawalah. Setelah itu, mari kembali ke cerita Cinderella.

Lalu, pergilah kedua saudari tirinya ke pasar untuk membeli pakaian pesta. Setelah berputar-putar di pasar, mereka akhirnya menemukan sebuah toko pakaian yang bagus.

"Berapa harga pakaian ini?" tanya si Kakak.
"Tiga ribu" jawab si penjual.
"Pakaian murahan." celetuk si Adik.
"Iya. Kalau yang ini berapa?" tanya si Kakak, sambil menunjuk pakaian yang lain.
"Yang itu dua ribu lima ratus." jawab si penjual lagi.
"Selera kakak payah, masa dari tadi cuma milih pakaian murahan."
"Kalau seleramu memang BAGUS, silahkan pilih sendiri." balas si Kakak, kesal.
"Baiklah." jawab si adik sambil mencari gaun yang bagus menurutnya.
"Yang ini berapa, pak?" tanya si adik.
"OOOH.. itu dua ratus ribu." jawab si penjual, belajar dari dua kesalahan sebelumnya.
"Tuh kan, seleraku lebih bagus dari kakak. Seribu bisa, pak?" Sekarang kau tahukan betapa terpelajarnya kedua kakak beradik ini. Sangat T E R P E L A J A R.
"Gak bisa, bu. Inikan harganya dua ratus ribu, masa ditawar seribu."
"Kalau gitu seribu seratus deh."
"Seratus ribu aja bu."
"Seribu dua ratus"
"Sembilan puluh ribu deh bu. Ini udah saya potong 50% lebih"
"Seribu enam ratus. Saya juga udah menaikan tawaran saya 50% lebih."
"Ehmm, begini saja. Kalau ibu beli dua saya kasih harga lima puluh ribu."
"Dua ribu."
"Tidak bisa, itu terlalu murah, bu."
"Tiga ribu tapi yang satu ukuran S dan yang satu XXXXL."
"Sepuluh ribu, bu. Cukup sepuluh ribu per gaun."
"Begini saja ini penawaran terakhir. Lima ribu atau tidak sama sekali. Dan jangan panggil saya ibu lagi."
"Ehmm, yah, sebenarnya saya sangat merugi, tapi berhubung ibu, maksud saya, nona adalah pelanggan ke ehmm.. 2 hari ini. Ok, saya akan melepas gaun seharga dua ratus ribu ini, lima ribu saja."
"Ok, ini uangnya."
"Silahkan, ini gaunnya."

"Sok kaya! Maunya saja gaun mahal, akhirnya dibeli dengan harga murah juga. Ya, sudahlah. Toh, harga gaun itu seharusnya hanya seribu." gerutu si penjual setelah keduanya pergi.

Setelah perdebatan bodoh dan mengharukan tersebut, dilanjutkan dengan membeli berbagai perlengkapan lainnya, pulanglah mereka ke rumah.

"Ibu, lihat gaun ini cantikkan?!" tanya si Adik.
"Adik hebat, loh. Dia menawar gaun seharga dua ratus ribu sampai tinggal lima ribu." puji si Kakak.
"Iya, dengan gaun ini kalian pasti jadi istri pangeran." jawab ibu mereka.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, sejak pagi hari, si Kakak dan Adik sudah bersiap-siap. Berdandan dengan hingga bedak setebal 1 cm di muka mereka, lipstik semerah darah, alis sehitam arang dan seterusnya. Jangan berharap saya akan menuliskan paragraf seperti, mereka terlihat cantik, mempesona, sangat memukau dan entahlah. Tapi tidak, itu mengerikan. Seorang wanita dengan berat 200 kilogram dalam balutan gaun biru terang yang kekecilan dan 50 kilogram dalam balutan gaun hitam, setiap bibir mereka dihias lipstik semerah darah, dan pada muka mereka tertumpuk bedak seputih salju. Tidak akan ada satu milipun dari mereka yang dapat dikatakan cantik. Bahkan gaun, tersebut akan terlihat lebih indah kalau digantung begitu saja di lemari.

Cukup sudah cerita mengenai kedua kakak beradik tersebut, mereka hanya figuran.

Cinderella sedang duduk di Gudang saat dipanggil oleh kedua saudari tiri dan ibu tirinya.

"CINDERELLA!!"
"Iya, bu." jawabnya sambil berlari ke arah dapur.

"Kemana saja kamu!"
"Sa.. saya sedang.."
"Bu.. Kita sudah terlambat." potong si Kakak.
"Iya, nak. Sebentar. Cinderella! Kami akan pergi ke pesta di Istana dan KAMU, jaga rumah ini. Jangan membuat masalah atau kamu akan menerima akibatnya nanti!"
"I.. iya, bu."
"Panggil saya NYONYA! Saya tidak sudi dipanggil ibu oleh anak seperti kamu."
"Ba.. Baik, nyonya."
"Bagus! Ayo, nak. Kita pergi."
"Jangan coba-coba menghabiskan makanan di dapur!", teriak si Kakak.
"Dan jangan mencoba pakaian kami." tambah si adik.
"I.. Iya, kak" jawab Cinderella.

Saat di pintu, Cinderella memberanikan diri untuk bertanya, "Bolehkah saya ikut?"

"KAMU?! IKUT?! JANGAN MIMPI! Gaun yang indah saja kamu tidak punya! Bagaimana kamu mau pergi ke pesta?! Dengan pakaian compang camping begitu?!", teriak si Kakak.
"Dengar, ya! Kamu masih harus membersihkan piring di dapur. Jangan lupa menyiapkan tempat tidur untuk kedua putriku ini. Mereka pasti capek dan mengantuk saat pulang nanti."
"I.. iya, nyonya." jawabnya sambil menahan air mata.

Setelah, ibu dan saudara tirinya pergi, ia menangis di Gudang.

"Mereka benar. Aku tidak mungkin pergi dengan baju seperti ini."
"Miaow" jawab si Kucing, yang kira-kira dapat diartikan "Jangan menangis. Percayalah pesta itu tidak begitu bagus. Tidak ada tikus disana dan mereka hanya bergerak ke kanan dan ke kiri seperti orang bodoh."
"Tapi aku ingin pergi." Jangan tanya padaku bagaimana Cinderella mengerti bahasa Kucing. Kukira percakapan ini akan berantakan, mungkin ini cuma kebetulan.
"Jangan khawatir, anakku." kata, bukan kali ini bukan si kucing lagi, Ibu Peri. Cinderella berbalik, mencari asal suara tersebut.
"Kucing, kau kah itu?" tanyanya. Oh, ini membuktikan bahwa bodoh pun bisa menular, terlalu lama diperbudak oleh kedua saudari tirinya mungkin merusak sebagian besar otaknya. Mana ada kucing yang bisa bicara?
"Miaow." Kurasa aku tidak perlu menerjemahkan yang ini, sudah jelas artinya adalah "Bukan. Itu Ibu Peri diatas sana."
"Ini aku, nak."
"Si.. Siapa anda?" kata Cinderella. Tuh, kan. Dia harus segera dijauhkan dari kedua saudari tirinya. "Siapa anda?" harusnya ia mengatakan sesuatu yang lebih cerdas seperti, "Ibu peri?".
"Jangan takut, aku adalah ibu peri dan aku akan membantumu untuk pergi ke pesta itu." jawab Ibu Peri.
"Bagaimana caranya? Aku tidak mungkin pergi dengan pakaian usang begini. Tidak, para penjaga pasti akan melemparku keluar." kata Cinderella. Lihat? Lagi-lagi pertanyaan bodoh, efek kedua saudari tirinya terlalu besar kurasa. Tentu saja dengan sihir! Dan soal dilempar, para penjaga bahkan tidak akan mengijinkannya masuk untuk sekedar dilempar keluar dengan pakaian seperti itu. Mereka akan menghentikannya sebelum masuk dan ia akan dilempar ke sungai, bukan keluar.

"Dengan sihir." jawab Ibu Peri sambil tersenyum.

"Sekarang yang kita butuhkan adalah sebuah kereta kuda. Tolong ambilkan, aku sebuah labu dan seekor kadal." tambah Ibu Peri.
"Baiklah." kata Cinderella. Lalu Ibu Peri beralih ke si Kucing.
"Tolong carikan, empat ekor tikus dan ingat mereka harus hidup."
"Miaow."

Sesaat kemudian Cinderella kembali dengan sebuah labu dan seekor kadal di tangannya dan si kucing membawa empat ekor tikus, masih hidup. Lalu, dengan satu ayunan tongkat sihir dari Ibu Peri. *Cring!* Labu berubah menjadi kereta kuda, Kadal menjadi sais, kusir kalau-kalau anda tidak tahu apa itu sais, dan ke empat tikus berubah menjadi empat ekor kuda. Dengan satu ayunan tongkat lagi, Cinderella mendapati dirinya mengenakan pakaian terindah yang pernah dilihatnya. Sebuah gaun putih dengan sepasang sepatu kaca.

"Sekarang kau sudah siap untuk pergi ke pesta tersebut, tapi ingat kau harus pulang sebelum lewat tengah malam." pesan Ibu Peri.
"Baik, Ibu Peri" jawab Cinderella.

Berangkatlah, Cinderella ke Istana. Setibanya ia di Istana, Cinderella disambut oleh penjaga istana dan diantar menuju aula.

"Cantiknya.", "Putri dari manakah dia?", "Siapa dia?", pujian dan pertanyaan semacam itulah yang terdengar saat Cinderella memasuki aula. Saat Pangeran melihat Cinderella, ia langsung jatuh hati kepadanya.

"Putri, maukah anda berdansa dengan saya?" tanya pangeran.
"Mau, tentu." jawab Cinderella.

Mereka berdansa dan menari pelan seiringan dengan irama lagu. Saking senangnya, Cinderella lupa akan amanat Ibu Peri. Lalu, terdengarlah dengtang pertama tengah malam.

"Oh, tidak."
"Ada apa?" tanya pangeran.
"Maaf, pangeran. Saya harus segera pergi."

Sebelum Sang Pangeran sempat menjawab lebih lanjut, Cinderella sudah melepaskan tangannya dan berlari keluar. Dalam perjalanannya menuruni tangga, salah satu sepatunya lepas dan tertinggal di tangga. Tapi, ia tidak memperdulikannya dan terus berlari. Ia terlalu takut untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika lonceng terakhir tengah malam selesai berdentang.

Saat Pangeran tiba di tangga, Cinderella sudah menghilang dalam kegelapan malam. Lalu, ia melihat sepatu kaca milik Cinderella dan mengambilnya.

"Menteri!" panggilnya.
"Hamba Yang Mulia." jawab Menteri.
"Cari dan temukan pemilik sepatu ini keseluruh negeri." perintah Pangeran.
"Baik, Yang Mulia."

Keesokan harinya, pergilah si Menteri memulai pencariannya yang panjang. Ia mendatangi rumah demi rumah, mencobakan sepatu itu ke semua wanita di seluruh negeri. Hingga, akhirnya tibalah ia di rumah Cinderella.

"Selamat Pagi. Kami mencari gadis yang cocok dengan sepatu kaca ini."
"Salah satu dari kedua anakku pasti cocok dengan sepatu ini." kata Ibu Tiri Cinderella. Pertama, si Kakak mencoba sepatu kaca tersebut, sebuah tindakan yang sangat bodoh. Bahkan dengan melihat saja, semua orang sudah tahu kalau kakinya yang sebesar kaki gajah tidak akan muat di sepatu itu. Lalu, si adik mencobanya. *Plug* Kakinya masuk, tapi tidak perlu khawatir. Kakinya kekecilan, sepatu itu lepas saat dia baru akan memamerkannya pada kakak dan ibunya. Lalu, ia mencoba lagi. Yah, bodoh itu memang tidak ada obatnya. Percobaan kedua, lepas lagi, ketiga, empat, lima, enam. Si menteri mulai bosan dan akhirnya mengambil sepatu itu darinya. Saat itulah Cinderella, keluar dan memberanikan diri untuk bertanya, "Bolehkan saya mencoba sepatu itu?"

"KAMU?!" teriak Ibu Tirinya.
"Tentu saja." jawab Menteri.
"Tidak! Tidak mungkin cocok dengan anak ini. Anda tidak melihat pakaiannya? Penampilannya? Ia tidak mungkin gadis yang hadir di pesta tersebut." kata Ibu Tirinya.
"Saya mendapatkan perintah dari Pangeran, bahwa semua orang boleh mencoba sepatu kaca ini." jawab Menteri.

Lalu, Cinderella mencoba sepatu tersebut dan, kurasa kalian sudah tahu hasilnya. Pas. Tentu saja.

Lalu, muncullah Ibu Peri dengan sebuah apel ditangannya dan dalam satu ayunan tongkat sihir, Cinderella muncul dalam gaun indah. Ibu dan Saudarinya terperanjat.

"Hmm. Andalah yang kami cari. Ikutlah dengan kami ke Istana." kata Menteri.

Maka, berangkatlah Cinderella bersama Menteri dan para pengawalnya menuju ke Istana. Segera setelah itu, Istana mengadakan upacara pernikahan antara Sang Pangeran dan Cinderella. Yap. Seperti cerita-cerita lainnya. Mereka hidup bahagia selamanya.

"Miaow." Maaf, kata yang ini tidak akan saya terjemahkan. Si Kucing menceritakan sebuah kisah baru, mungkin dilain kesempatan saya akan menceritakan kepada anda kisah yang diceritakan oleh Si Kucing. Tentunya dalam bahasa manusia dan tidak terdiri dari lima huruf, satu bunyi, "Miaow".

Sampai jumpa, semoga anda menikmati cerita ini. :)

No comments:

Post a Comment