Mar 13, 2011

..., Si Burung

Hi..
Apa kabar? Pasti baik, saya belum pernah mendengar orang yang menjawab, tidak. Meskipun orang yang sedang saya tanya berbaring sekarat nyaris tidak bisa bergerak, jawabnya akan selalu sama. Baik, lalu disusul sebuah senyuman. Sebuah tata krama, sopan santun, atau apapun itu, terserah. Sebenarnya saya sedang tidak berniat menulis, terakhir kali saya menulis blog ini, ada 18,9 triliun kejahatan dan 1,2 triliun kebaikan yang tidak tercatat dan 3 detik yang lalu baru selesai saya catat disela-sela pekerjaan saya. Sekarang saya dengan bodohnya mengulangi lagi hal tersebut. Ok, intinya post kali ini hanya untuk memberitahu kepada siapapun yang terlalu bodoh sampai-sampai mau membaca blog ini, bahwa blog ini masih ada atau setidaknya diupdate jika saya mau yang artinya bisa kapanpun, mungkin sekarang, mungkin nanti, atau 3 jam lagi atau mungkin juga tahun depan, yang jelas blog ini akan tetap diupdate mudah-mudahan.



Itu tadi apa ya? Ada yang tahu? Saya tidak mengerti isi dari paragraf diatas, tolong jelaskan kalau anda mengerti. Terima Kasih.

Nah, kali ini, saya akan bercerita, ya lagi-lagi sebuah cerita. Saya tidak tahu apalagi yang bisa dituliskan pada sebuah blog selain cerita dan cerita. Kalau anda memiliki saran silahkan beritahu saya, saya akan coba untuk menuliskannya disini.

Cerita kali ini mengenai seekor burung, saya tidak tahu dia burung jenis apa. Dia kecil, berwarna coklat dan bersayap, seperti burung pada umumnya, empat. Ya, semua burung memiliki empat sayapkan? Eh, dua? Anda pasti salah, jumlah sayap burung ada empat. Tidak, tidak. Saya sangat yakin jumlahnya empat, kalau tidak percaya mari kita hitung. Seekor burung memiliki satu sayap di kiri dan kanan benar? Nah, kalau begitu sayapnya ada empat. EH, dua? Ok, mari kita hitung, satu di kiri, satu di kanan, jadi jumlahnya empat. Dua? Anda sudah gila. Satu empat tiga dua lima sembilan tujuh enam delapan sepuluh. Bahkan menghitung satu sampai sepuluh saja anda tidak bisa. Haah, manusia jaman sekarang, sebodoh itukah kalian. Ssstttt. Ok, tidak usah berdebat, kapan cerita mengenai burung ini akan dimulai kalau kita terus berdebat mengenai jumlah sayapnya, dan saya yakin setelah ini anda juga akan mendebat saya kalau saya bilang jumlah jarinya ada sembilan. Ah, kalian memang merepotkan dan keras kepala. Jadi, kita buat kesepakatan saja saya tidak akan menuliskan jumlah ataupun angka lagi, mulai sekarang setiap angka akan saya ganti dengan ..., anda yang isi sendiri.

... paragraf lagi yang hilang karena perdebatan bodoh anda soal jumlah sayap burung. Nah, sekarang untuk memastikan bahwa tidak ada perbedaan pendapat lagi. Jumlah sayap seekor burung adalah ... sehingga ada ... sayap di kiri dan ... di kanan sehingga jika dijumlahkan maka seekor burung memiliki ... sayap dan jumlah kaki burung adalah ... Ok, kita sudah sepakat.

Sekaran, mari kita lanjutkan cerita mengenai si burung, seperti yang saya tuliskan tadi, dia kecil, berwarna coklat dan memiliki ... pasang sayap. Karena itu dia dinamai ... sesuai dengan jumlah sayapnya. ... lahir pada hari selasa tanggal ... bulan ... tahun ..., ... hari setelah kelahirannya ia bisa terbang. Prestasi yang luar biasa dalam ukuran seorang manusia. Meskipun bagi burung, hal tersebut bukanlah sesuatu yang luar biasa.

Ia tumbuh menjadi burung yang kecil dan cantik, ya dia seekor burung betina. Saat berumur ..., usia burung, ia bertemu dengan seekor burung jantan. Burung tersebut sangat tampan, menurutnya, menurutku mereka berdua sama saja, sama-sama kecil dan berwarna coklat. ... jatuh cinta pada pandangan ke ..., terserah isilah sesuka hati anda. ... tahun kemudian, dalam hitungan burung, mereka menikah dan mempunyai ... orang anak, ... cucu, dan ... cicit. Mereka semua hidup bahagia, hingga suatu hari terjadi gempa dan pohon tempat tinggal mereka roboh. Peristiwa tersebut menewaskan ..., suaminya, ... ekor anaknya, ... cucunya, dan ... cicitnya. Keluarganya yang selamat, jika ada, pergi ke arah utara untuk menyelamatkan diri. Di tengah perjalanan mereka ternyata gempa tersebut menimbulkan tsunami yang menewaskan semua keluarga ... dan dengan demikian berakhirlah cerita yang membahagiakan ini. Menurut anda cerita ini menyedihkan? Tidak-tidak cerita ini berakhir bahagia atau kita harus membuat sebuah kesepakatan lagi untuk mengubah setiap keterangan menjadi ...? Ehm, sebaiknya tidak, saya tidak tertarik, bukan hal yang bagus. Ok, baiklah satu kali saja supaya kita tidak bertengkar. Maka, berakhirlah cerita yang ... ini.

No comments:

Post a Comment