Dec 23, 2010

*) Coret yang tidak perlu

Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam/Subuh*. Sebenarnya saya baru akan mem-publish sebuah post baru, satu bulan dari tanggal postingan saya yang terakhir. Namun, ada hal yang menurut saya, sebagai Seorang Malaikat dan Alchemist, sangat tidak.. tidak.. sangat tidak.. entahlah saya tidak dapat menemukan sebuah kata yang pas untuk mendeskripsikan hal tersebut. Jadi, anda simpulkan saja sendiri nanti. Dan atas dasar hal tersebutlah saya membuat post ini.

Malam ini, saya bertemu dengan salah seorang teman saya, sebut saja namanya Teman. Kami melakukan sebuah pembicaraan di Ruangan 3x3. Beginilah percakapannya, setelah kira-kira membahas 3000 topik yang tidak penting.



- Topik ke 3001 -

Teman : "Dulu gue pernah, kat, main murah-murahan makan di warteg. Rekor gue 4000."

< pause >
catatan kecil sebelum pembicaraan berikutnya:
- "kat" adalah panggilan saya. Malaikat dipanggil kat. Tidak sopan memang tapi, ya sudahlah, toh saya Malaikat yang baik hati dan pemaaf. Jadi, untuk setiap kata kat yang dia ucapkan saya memberikan satu buah maaf dan mendapat satu buah pahala. Sederhana dan efektif.
- Dia bukan Malaikat jadi bebas menggunakan bahasa gaul, gue elo.
- Untuk selanjutnya setiap kata "gue", yang saya ucapkan dalam dialog dibawah adalah "saya" pada kenyataannya dan setiap kalau elo/lo/lu, yang saya ucapkan adalah "anda".
< play >

Saya : "Ah, gue (Ingat! Baca: saya) tiap hari makan 5000 dengan menu dengan menu nasi, sop, 2 gorengan, 1 sayur, ma air putih. Kalau gorengan sama sayurnya diilangin tinggal 3500 atau mungkin 2500."

< pause >
catatan kecil (lagi) sebelum pembicaraan selanjutnya:
- Itu menu saat saya sedang menabung. Jangan berkomentar dan jangan protes. Saya yang bercerita, anda cukup mendengarkan.
< play >

Teman : "Ya, tapi harus makanan yang sehat, kat. Minimal dua lauklah."
Saya : "Itu sehat. Nasi sama sop. Letak sehatnya di sop. Dua lauk, satu nasi, satunya lagi sop."
Teman : "Terus, sebelah gue kuli bangunan gitu. Bukan kuli bangunan juga sih, tukang hancurin jalan gitu. Dia pesen makan. 'Mbak, nasi dua, tahu, sama tempe.' Buset dua! Gue satu aja udah mau muntah. Terus, minumnya air putih doang. Protein semua."
Saya : "Nasi, karbohidrat, man."

< pause >
catatan kecil ((lagi)lagi) sebelum pembicaraan selanjutnya:
- man adalah teman saya. Teman dipanggil man.
< play >

Teman : "Ya, emang itu doang sih yang dia butuhin. Kerjaannya cuma (mempraktekkan gaya orang hancurin jalan dengan palu) dash dash. Gitu doang. Dilooping for sampe, entah sampe kapan."
Saya : "Ya, cuma mereka doang yang bisa."
Teman : "Kata abang gue, mereka tuh ras unggulan, kat, dan diakan gajinya cuma 7 ribu ya sehari, belum termasuk makan. Itu klo sebulan berapa tuh? 210 ribu ya?"
Saya : "Hmm, iya."
Teman : "Dengan gaji segitu dia masih bisa kirim uang ke kampungnya."
Saya : "Ya, makanan di kampung kan murah. Dengan uang 1000 bisa dapet nasi. Kalau di kota sih gak dapet."
Teman : "Nah, dulu gue ma temen gue pernah kan makan di Solo. Itu gue makan pake lauk, nasi, ayam goreng, tahu dan tempe gak ke itung berapa, sama minumnya Milo. Pas mau bayar gue tanya semuanya berapa bu? '12 ribu', kata yang jual. Sampe g ulang lagi. Nasi, ayam, tahu dan tempe yang gak ke itung tadi. 'Iya, 12 ribu'"
Saya : "Kalau di Kota, lo (Saya ingatkan sekali lagi. Baca : anda) cuma dapat nasi, itu juga cuma 1 mangkok kecil, lauk, sama secuil sayur dan ya.. es teh lah satu."
Teman : "Klo gak salah gue juga minum es teh manis satu. Ya, kan baru nyampe, masih capek banget. Jadi makannya juga masih barbar."
Saya : "Abis itu lo (Ingat! Dibaca anda.) gak perlu makan lagi selama sehari."
Teman : "Ya, gak gitu juga sih. Emangnya g fotosentesis."
Saya : "Dulu, gue (Ehem. Tolong dibaca saya.) bisa sih."
Teman : "Fotosentesis?"
Saya : "Ya, kalau siang, gue (Untuk terakhir kalinya. Baca: Saya.) hidup pake sinar matahari, kalau malam, sinar bulan."
Teman : "Praktis banget ya idup kalo bisa gitu. Terus lo masuk Busset!."

< pause >
catatan kecil (untuk terakhir kalinya) sebelum pembicaraan selanjutnya:
- Busset! adalah sebuah nama acara di salah satu stasiun tv, di salah satu negara yang menayangkan hal-hal aneh yang terjadi di negara tersebut.
< play >

Saya : "Emang masih ada?"
Teman : "Terakhir kali gue liat sih, ditanyangin tengah malam. Ada anak makan obat nyamuk bakar."
Saya : "Terus minumnya baygon cair ya?"
Teman : "Ya, gak juga. Cuma makan obat nyamuk bakar doang. Terus, pembawa acaranya nanya 'Ini gak apa-apa, bu?' 'Gak, apa-apa. Kalau dilarang malah sakit.' Sakit jiwa, tuh orang."
Saya : "Jadi, kalau dibiarin makan, gak apa apa. Tapi, kalau ibunya ngelarang makan terus dia masih makan tar sakit gitu? Ternyata segala sesuatu emang butuh restu seorang ibu ya."
Teman : "Bukan gitu, maksudnya kalau gak dikasih makan obat nyamuk, anaknya bisa sakit. Aneh banget dah. Terus, ada desa di Jawa yang makan tanah."
Saya : "Mungkin aja itu bukan tanah tapi coklat."
Temana : "Tanah, beneran tanah. Orang disorot gitu. Tanah ditumbuk-tumbuk terus dibentuk bulet-bulet. Abis itu digoreng kayak krupuk."

< stop >

Sampai tahap ini saya benar-benar penasaran jadi saya memikirkan opsi yang paling masuk akal dan paling efektif.
1. Bertanya pada Tuhan.
2. Bertanya pada Google.

Berdasarkan pepatah "Lebih cepat bertanya pada Google daripada pada Tuhan." Saya memilih opsi kedua.

Setelah itu, saya, maksud saya, kami melakukan googling dengan keyword "makan tanah" dan, ok, kalau kau menganggap acara itu tidak masuk akal, coba baca hasil yang saya temukan.

"Makan Tanah Demi Kesehatan" : An.. j.. dai! saja, saya boleh menggumpat. Kesehatan apa yang diperoleh dari makan tanah.

Dan lihat apa yang saya temukan sebagai kalimat pembukanya.

"Makan tanah terkesan kotor dan menjijikkan, namun bukan berarti tidak sehat. Bagi simpanse, yang diyakini sebagai primata paling dekat kekerabatannya dengan manusia, makan tanah merupakan salah satu cara hidup sehat."

Serendah itukah, martabat manusia saat ini? Hanya setingkat simpanse! Manusia disamakan dengan simpanse. Oh, Tuhan, berkatilah otak mereka supaya dapat berpikir dengan lebih baik dan logis.

Haah. Mari kita lanjut ke artikel berikutnya.

"Studi:Makan Tanah Bikin Anak Jadi Pintar" : Aaaaaaa.. Ku! ingin mengumpat. Ini pasti korban iklan Rinso dan penelitian itu pasti tidak valid. Atau, profesor jaman sekarang makin bodoh.

Dan saat dibuka.

"Melbourne – Kabar baik bagi para orang tua yang mengkhawatirkan kebersihan anaknya. Ternyata, makan tanah bisa membuat anak lebih pintar."

Melbourne?! Penelitian di Melbourne!! Ternyata pengaruh iklan Rinso sampai ke Melbourne. Sebaiknya ijin iklan itu segera dicabut atau seluruh dunia akan makan tanah dan mungkin tahun depan ada iklan makan sabun.

"Ilmuwan menemukan, tikus yang diberi makan bakteri tanah Mycobacterium Vaccae ini dapat keluar dari labirin kompleks dua kali lebih cepat dibanding tikus yang tidak diberi makan bakteri ini."

Dan kali ini disamakan dengan TIKUS! Tikus bahkan bisa hidup setelah telah makan sabun dan dibanding sabun kurasa tanah akan terasa seperti Pizza atau Pancake. Lagi pula, seharusnya penelitian itu menyertakan hasil tes IQ kedua tikus itu sebelum dan sesudah makan tanah. Bagaimana kalau ternyata tikus yang makan tanah berIQ 150 bahkan sebelum makan tanah dan tikus yang satu lagi hanya 75? Pasti, bagi si IQ 75 ini bukan penelitian yang adil. Ok, lupakan soal tikus dan penelitian bodoh itu. Mari kita pindah ke artikel berikutnya.

"Sri Wahyuni, Gadis unik yang suka makan tanah dan ubin" : !Seenak itukah tanah? Kali ini dimakan dengan ubin. Ini semakin tidak logis. Makan nasi dengan krupuk kurasa 1000 kali lebih sehat daripada tanah dan ubin.

"Makan Tanah Ternyata Enak" : Saya rasa ini adalah sebuah penipuan masal dan dan... Haah.. Saya sudah kehabisan kata-kata.

Akhirnya, saya akhiri pencarian makan tanah disana dan melanjutkan ke "Makan Obat Nyamuk".

"Gila!! Bayi 23 Bulan Makan Obat Nyamuk." : Sigh. Mari kita lihat isinya.

"Anehnya lagi, setelah makan obat nyamuk bakar, Iqbal makan camilan berupa sabun mandi dan cat di dinding yang sudah mengelupas."

Dede, Iqbal yang terhormat dan (mungkin) terlucu, yang namanya camilan itu biskuit, kue, krupuk, es krim, kentang goreng, kacang. Bukan, sabun mandi dan cat. Saya curiga, yang namanya Iqbal ini tikus peliharaan. Sabun dan cat. *geleng-geleng kepala*

"Namun setelah kejadian itu, Iqbal rupanya punya kebiasaan baru; memakan obat nyamuk. Kedua orangtuanya yakni Astuti dan ayahnya bernama Hairudin (26) tentu melarangnya. Bahkan telinga anaknya sering disentil supaya berhenti. Namun bocah yang tak lama lagi berumur 2 tahun tersebut, masih memakan obat nyamuk bakar, malahan ketagihan."

Sejak kapan anak umur 2 tahun tahu kalau obat nyamuk itu tidak boleh dimakan!! Lalu, apa gunanya tulisan "Jauhkan dari jangkauan ANAK-ANAK" kalau pada akhirnya obat nyamuk tersebut berakhir di mulut anak-anak, dengan sangat menderita karena tidak dapat menjalankan tugasnya untuk mengusir nyamuk. Ia pasti sangat depresi, karena tugas sucinya untuk mengusir nyamuk dihalangi oleh bocah berumur 2 tahun. Bodoh! Sumpah ini sangat amat bodoh.

Lalu saya tiba di sebuah link yang berjudul:
"Bocah-bocah Aneh dan Unik Seantero Nusantara"

"Bocah pemakan batu bata." Tadi tanah dan ubin, sekarang batu bata. Sigh! Sisanya, anda baca sendiri saja. Saya sudah kehabisan kata-kata.

1 comment:

  1. 😅 ya ya kamu masuk dlm salah satu org aneh didunia, yg mikirnya terlalu enak. Emg enak sih mikirin yg ga penting2. Lanjut.

    ReplyDelete